Rabu, 03 Juni 2009

ASKEP PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR)
1. Defenisi

Penyakit jantung rematik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik (DR) akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia.
2. Etiologi

Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.Beberapa predisposisi antara lain :a. Terdapat riwayat demam rematik dalam keluargab. Umur DR sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur kurang dari 2 tahun.c. Kedaan sosial sosial ekonomi kurang, perumahan buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab, dan gizi serta kesehatan yang kurang baik.d. Musim Di Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang tinggi pada akhir musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei) sedangkan insiden paling rendah pada bulan Agustus – September.e. Distribusi daerahf. Serangan demam rematik sebelumnya. Serangan ulang DR sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat DR.
3. Patofisiologi

Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), DR terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderiat DR dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian DR ialah stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.
4. Manifestasi Klinik

Dihubungkan dengan diagnosis, manifestasi klinik pada DR akut dibedakan atas manifestasi mayor dan minor.
a. Manifestasi Mayor• Karditis. Karditis reumatik merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokardium, miokardium, dan pericardium. Gejala awal adalah rasa lelah, pucat, dan anoreksia. Tanda klinis karditis meliputi takikardi, disritmia, bising patologis, adanya kardiomegali secara radiology yang makin lama makin membesar, adanya gagal jantung, dan tanda perikarditis.• Artritis. Arthritis terjadi pada sekitar 70% pasien dengan demam reumatik, berupa gerakan tidak disengaja dan tidak bertujuan atau inkoordinasi muskuler, biasanya pada otot wajah dan ektremitas.• Eritema marginatum. Eritema marginatum ditemukan pada lebih kurang 5% pasien. Tidak gatal, macular, dengan tepi eritema yang menjalar mengelilingi kulit yang tampak normal.tersering pada batang tubuh dan tungkai proksimal, serta tidak melibatkan wajah.• Nodulus subkutan. Ditemukan pada sekitar 5-10% pasien. Nodul berukuran antara 0,5 – 2 cm, tidak nyeri, dan dapat bebas digerakkan. Umumnya terdapat di permukaan ekstendor sendi, terutama siku, ruas jari, lutut, dan persendian kaki.b. Manifestasi MinorManifestasi minor pada demam reumatik akut dapat berupa demam bersifat remiten, antralgia, nyeri abdomen, anoreksia, nausea, dan muntah.
5. Pemeriksaan Diagnostik/peninjanga. Pemeriksaan daraha. LED tinggi sekalib. Lekositosisc. Nilai hemoglobin dapat rendahb. Pemeriksaan bakteriologi• Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.• Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.c. Pemeriksaan radiologiElektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.
6. DiagnosisDiagnosis demam reumatik akut ditegakkan berdasarkan kriteria Jones yang telah direvisi. Karena patologis bergantung pada manifestasi klinis maka pada diagnosis harus disebut manifestasi kliniknya, misalnya demam rematik dengan poliatritis saja. Adanya dua kriteria mayor, atau satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam rematik akut, jika didukung oleh bukti adanya infeksi sterptokokus grup A sebelumnya.
7. Komplikasia. Dekompensasi CordisPeristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.
b. PericarditisPeradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
8. Pengobatan/penatalaksanaanKarena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-hemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat berupa :a. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup APengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.b. Obat anti rematikBaik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.c. DietMakanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.d. IstirahatIstirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.e. Obat-obat LainDiberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
KONSEP KEPERAWATAN1. PengkajianLakukan pengkajian fisik rutinDapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti-bukti infeksi streptokokus antesenden.Observasi adanya manifestasi demam rematik.2. Diagnosa Keperawatana. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardiumb. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.d. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
3. Rencana Keperawatana. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardiumTujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.Intervensi RasionalBeri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas.Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia)Seringkali diambil strip irama EKGJamin masukan kalium yang adekuatObservasi adanya tanda-tanda hipokalemiaBeri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi Dapat meningkatkan curah jantungUntuk mencegah terjadinya toksisitasMengkaji status jantungPenurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin
n b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37’ C)Intervensi RasionalKaji saat timbulnya demamObservasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jamBerikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuhBerikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukanJelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukanAnjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnyaBerikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipisBerikan antipiretik sesuai dengan instruksi Dapat diidentifikasi pola/tingkat demamTanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum klienPenjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu mengurangi kecemasan klien dan keluargaUntuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih kooperatifKeterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di RSPeningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakKompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuhAntipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.Tujuan :Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.Intervensi RasionalKaji faktor-faktor penyebabJelaskan pentingnya nutrisi yang cukupAnjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskanLakukan perawatan mulut yang baik setelah muntahUkur BB setiap hariCatat jumlah porsi yang dihabiskan klienPenentuan factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan selanjutnyaMeningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makananMenghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihanBau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntahBB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
d. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.Tujuan : Nyeri berkurang atau hilangIntervensi RasionalKaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang nyeri (1-10), tetapkan tipe nyeri dan respon pasien terhadap nyeri yang dialamiKaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeriBerikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenangBerikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasian dari rasa nyeri (libatkan keluarga)Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman/ orang terdekatBerikan obat-obat analgetik sesuai instruksi Untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang dialamiReaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai factor begitupun juga respon individu terhadap nyeri berbeda dab bervariasiMengurangi rangsang nyeri akibat stimulus eksternalDengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialamiTetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat pasien gembira / bahagia dan dapaty mengalihkan perhatiannya terhadap nyeriMengurangi nyeri dengan efek farmakologik
n DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Penerbit MediaAesculapius FKUI. Jakarta.Smeltzer Bare, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.Wong Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar