Minggu, 13 Desember 2009

SAP KEP

SATUAN PENYULUHAN

Pokok bahasan : Malnutrisi pada anak
Sub pokok bahasan : Ø Pengertian penyakit KEP
Ø Penyebab KEP
Ø Tanda-tanda KEP
Ø Pemberian diit pada penderita KEP
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 30 menit
Hari \ tanggal : Senin 6 Desember 2004
Tempat : Desa Sukamaju
Penyuluhan : Mahasiswa Akper Sukabumi

I. Tujuan
A. Tujuaan intruksi oral umum
Keluarga mampu memahami tentang KEP serta melaksanakan diit yang harus diberikan pada klien dengan KEP.
B. Tujuan intruksioanal khusus
Setelah melakukan penyuluhan diharapkan keluarga dapat:
1. Menjelaskan kembali tentang pengertian KEP
2. Menyebutkan satu dari dua penyebab KEP
3. Menyebutkan 2-3 dari 7 tanda-tanda KEP
4. Menjelaskan kembali tentang diit yang diberikan pada penderita KEP

II. Materi penyuluhan
ü Pengertian KEP
ü Penyebab KEP
ü Tanda-tanda KEP
ü Diit pada klien KEP

III. Metode, media, sumber
Metode : Ceramah, tanya jawab,
Media : Flip chart
Sumber : Sunita atmatsier 2001.prinsif dasar ilmu gizi, jakarta. Gramedia

No
Waktu
Tahapan
Jenis penyuluhan
Kegiatan keluarga
Penyuluh
Anggota keluarga
1.


2











3.
.
5 menit


20 menit










5 menit

Pembukaan


Kegiatan inti










Evaluasi/ penutup



Ø memberi salam
Ø memperkenalkan diri

Ø memberi materi penyuluhan dari pengertian, tanda- tanda dan pemberian diit yang diberikan pada klien KEP
Ø tanya jawab
Ø memberi kesempatan kepada keluarga atau bertanya.


Ø Menyimpulkan materi
Ø Penyuluh

Ø Klien menjawab


Ø keluarga mendengarkan dan menyimak




Ø keluarga bertanya





Mendengarkan
Keluarga menjawab


IV. Evaluasi
prosedur : post test
bentuk : lisan
jenis : tanya jawab
butir pertanyaan
1. Jelaskan pengertian penyakit KEP
2. Sebutkan satu dari dua penyebab penyakit KEP
3. Sebutkan 2 atau 3 dari tujuh tanda-tanda penyakit KEP
4. Jelaskan diit yang diberikan pada penderita KEP

MATERI
A. Pengerian
KEP atau keadaan kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
B. penyebab KEP
Pada lapos terdalam, sebab langsung dari KEP atau konsumsi kurang dan sebab atau tidak langsungnya yaitu hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi karena berbagai hal, misalnya karena berbagai hal, misalnya karena penyakit infeksi dan penyakit cacing dapat memberikan hambatan-hambatan absorpsi-absorpsi dan hambatan zat gizi yang diberikan dasar timbulnya penyakit KEP
Pada lapisan terluar adalah ekonomi negara kurang, pendidikan gizi yang rendah produksi pangan yang tidak mencukupi, kebutuhan atau kondisi hygiene yang kurang baik dan jumlah anak yang terbanyak.
C. tanda-tanda penderita KEP
1. KEP ringan dan sedang gejala klinis yang diketemukan hanya anak tampak kurus.
2. KEP berat
a. Tanda-tanda kwarshiokor
1. Edema umumnya diseluruh tubuh dan teruam pada kaki
2. Wajah membulat dan sembab
3. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila pemeriksaan ada posisis berdiri dan duduk, anak berbaring terus-menerus.
4. Perubahan sttus mental: cengeng, rewel kang apatis
5. Anak yang menolak segala jenis makanan (anorexia)
6. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare
7. Rambut berwarna kusam
8. Gangguan kulit berupa bercak merah yang melucis dan berubah menjadi hitam terkelupas
9. Pandangan mata anak tampak sayu
b. Tanda-tanda marasmus
1. Anak tampak sangat kurus
2. Wajah seperti orang tua
3. Cengeng rewel
4. Perut cekung
5. Kulit keriput, jaringan lemak subcutis sangat sedikit sampai tidak ada
6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi atau susah BAB serta penyakit kronik
7. Tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan berkurang.
c. Tanda-tanda marasmus kwasiokor
Tanda-tanda marasmus merupakan gabungan tanda-tanda kecua jenis KEP diatas.

D. diit yang diberikan
1. Energi dan Protein
Diberikan sesuai kondisi pasien dan secara bertahap, pemberian energi sekitar 100-200 kalori/Kg BB, Protein 4-6/Kg BB secara bertahap.
2. Vitamin dan mineral
Bila memungkinkandidalam makanan anak ditambah vitamin A, B komplek, C. contoh bahan makanan sumber mineral:
Sumber Zn : Daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur, ayam
Sumber Cn : Daging, hati
Sumber Mn : Beras, kacang tanah dan kedelai
Sumber Mg : Kacang-kacangan, bayam

Jumat, 18 September 2009

BLEFARITIS

BLEFARITIS
Blefaritis adalah radang pada kelopak dan atau tepi kelopak.

Etiologi
Infeksi atau alergi yang biasanya berjalan kronik atau akibat disfungsi kelenjar meibom.
Alergi dapat di sebabkan debu, asap, bahan kimia iritatif, atau bahan kosmetik.
Infeksi oleh bakteri disebabkan stafilokok, streptococus alpha atau beta hemolyticus, pneumokok, pseudomans, demodex folliculorum, hingga pityrosporum ovale yang menyebabkan blefaritis seboroik. Infeksi oleh virus disebabkan herves zoster, herves simpleks, vaksinia dan sebagainya, sedangkan oleh jamur dapat menyebabkan infeksi superfisial atau sistemik.

Manifestasi klinis
Kelopak mata merah, bengkak, sakit, gatal, eksudat lengket bergantungan pada bulu mata, dan epifora. Sering disertai konjungtivitis, keratitis, hordeolum, dan kalazion. Pada laki-laki lanjut usia biasanya terjadi blefaritis seboroik dengan keluhan mata kotor, panas, eksudat berminyak, dan rasa kelilipan.

Komplikasi
Trikiasis, hordeolum, kalazion, keratitis, madarosis, dan konjungtivitis.

Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya

Penatalaksanaan
Bersihkan dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Pada blefaritis sering dilakukan kompres hangat. Pada infeksi ringan, diberi antibiotik lokal sekali sehari pada kelopak dan kompres basah dengan asam borat. Bila terjsdi blefaritis menahun, maka dilakukan penekanan manual kelenjar meibum untuk mengeluarkan nanah.
Pada blefaritis seborik, kelopak harus dibersihkan dengan kapas lidi hangat, soda bikarbonat, atau nitras argenti 1%. Dapat digunakan salep sulfonamid untuk aksi keratolitiknya. Kompres hangat selama 5-10 menit, tekan kelenjar meibom dan bersihkan dengan sampo bayi. Diberikan juga antibiotik sistemik, tetrasiklin 2x250 mg atau eritromisin 3x250 mg atau sesuai dengan hasil kultur.
Pengobatan pada infeksi virus bersifat simtomatik, antibiotik diberikan bila etrdapat infeksi sekunder.
Bila disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin 0,5-1mg gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan sampai 1-2 minggu setelah gejala menurun. Bila disebabkan kandida diberikan nistatin topikal 100.000 unit per gram.
Pada infeksi jamur sistemik, bila duisebabkan aktinomises atau nokarida diobati dengan sulfonamid, penisilin, atau antibiotikspektrum luas. Amfoterisin B diberikan untuk histoplasmosis, sporotrikosis, aspergilosis dan lainnya. Dimulai dengan 0,05-0,1 mg/kg BB secara intravena lmbat selama 6-8 jam dalam dekstrosa 5%. Dosis dinaikan sampai 1mg/kg BB, namun total tidak lebih dari 2 gram. Pengobatan diberikan setiap hari selama 2-3 minggu atau sampai gejala berkurang. Hati-hati karena toksik terhadap ginjal.
Pada blefaritis akibat alergi dapat diberikan steroid lokal atau sistemik, namun harus dengan pemakaian lama. Untuk mengurangi gatal, berikan antihistamin.

Minggu, 13 September 2009

CEDERA KEPALA

CEDERA KEPALA

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal diruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.
Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat psien tiba di rumah sakit.

KLASIFIKASI
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera.
Mekanisne: berdasarkan adanya penetrasi durameter
- Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan oyomobil)
Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
- Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
keparahan cedera
- Ringan : skala, Glasgow Coma Skale, GCS) 14-15
- Sedang : GCS 9-13
- Berat : GCS 3-8
3. Morfologi
- fraktur tengkorak: kranium : linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup
Basis: dengan/tanpa kelumpuhan nervus V11
- Lesi In6trakranial: fokal: epidural, subdural, intraserebral
Difus: konkusi ringan, konkusi klasik cederaaksonal difus



PENATALAKSANAAN
Pedoman resusitasi dan penilaian awal
menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera orofasial menggangu jalan napas, maka pasien harus diintubasi.
menilai pernapasan: tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga satutasi oksigen minimum95%.
menilai sirkulasi: otak yang ruksak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG bila tersedia. Pasang jalut intravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah periver lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisisn gas darah arteri. Berikan larutan koloid. Sedangkan larutan kristaloid (dekstrosa atau dekstrosa dalam salin) menimbulkan eksaserbasi edema otak pascacedera kepala. Keadaan hipotensi, hipoksia, hiperkapnia memperburuk cedera kepala.
Obat kejang: kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati. Mula-mula berikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fentoin 15mg/kgBB diberikan intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50mg/menit.
Menilai tingkat keparahan
cedera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
- skor skala koma glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif)
- tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
- tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
- pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala
- tidak adanya kriteria cedera sedang-berat
cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang)
- skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi, atau stopor)
- konkusi
- amnesia pasca-trauma
- muntah
- tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, atorea atau rinorea cairan serebrospinal)
- kejang
cedera kepala berat
- skor skala koma glasgow 3-8 (koma)
- penurunan derajat kesadaran secara progresif
- tanda neurologis fokal
- cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

PEDOMAN PENATALAKSANAAN
pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi anterp-posterior, latreral dan odontoid), kolar servikal baru dilepas setelah dipasgtiakan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7 normal.
pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur berikut:
- pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (nacl 0,9%) atau larutan ringer laktat: cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskular daripada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak menambah edema serebri.
- Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia parsial, skrining toksikologi dan kadar alkohol bila perlu.
lakukan CTscan dengan jendela tulang: foto rontgen kepala tidak diperlukan jika CTscan dilakukan, karena STscan ini lebih sensitif untuk mendeteksi fraktur.

Pasien dengan cedera kepala ringan, sedang, atau berat, harus dievaluasi adanya:
- hematoma eoidural
- darah dalam subaraknoid dan intraventrikel
- kontusiodan perdarahan jaringan otak
- edema serebri
- obliterasi sisterna perimesensefalik
- pergeseran garis tengah
- fraktur kranium, cairan dalam sinus, dan pneumosefalus
pada pasien yang koma (skor GCS<8) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini:
- evaluasi kepala 30 derajat
- hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermiten dengan kecepatan 16-20 kali/menit dengan volume tidal 10-12ml/kg. Atur tekanan CO2 sampai 28-32 mmhg. Hipokapnia berat (PCO2<25 mmhg) harus dihindari sebab dapat menyebabkan vasokontriksi dan iskemia serebri
- berikan manitol 20% 1g/kg intravena dalam 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jamkemudian yaitu sebesar1/4 dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48jam pertama
- pasang kateter foley
- konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka, dan faktur impresi>1 diploe).

Sabtu, 06 Juni 2009

TRAKEOSTOMI

TRAKEOSTOMI
DEFINISI
Prosedur dimana di buat lubang kedalam trakea, dapat menetap atau sementara.
Dilakukan untuk
memintas suatu obstruksi jalan nafas atas
membuang sekresi trakhebronkhial
memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang
mencegah sspirasi sekresi oral/ lambung pada pasien tidak sadar atau paralise
mengganti selang endotrakeal
Prosedur
— Dilakukan di ruang operasi/ unit rawat intensif
— Lubang dibuat pd cincin trakea kedua & ketiga lalu dimasukkan selang trakeostomi balon
— Cuff trakeostomi ad perlekatan yang dapat mengembang pada trakeostomi yg dirancang utk menyumbat ruang antara dinding trakea dg selang utk ventilasi mekanik yg efektif
— Dipasang ditempat dg selang pengencang mengelilingi leher pasien
— Kassa segi 4 steril diletakkan diantara selang & kulit utk menyerap drainase & mencegah infeksi
Komplikasi
— Komplikasi dini
Perdarahan
Pneumotoraks
Embolisme udara
Aspirasi
Emfisema subkutan atau mediastinum
Kerusakan saraf laring kambuhan
Penetrasi dinding dada posterior
— Komplikasi jangka panjang
Obstruksi jln nafas atas
Infeksi
Ruptur arteri inominata
Disfagia
Fistula trakeoesofagus
Dilatasi trakea
Iskemia/ nekrosis trakea
Intervensi kep pascaoperatif
TTV stabil, klien dibaringkan
dlm posisi semi fowler untuk memudahkan ventilasi, menggalakkan drainase, meminimalkan edema & mencegah regangan pd garis sutura.

Obat analgesik & sedatif diberikan hati2, merugikan krn menekan reflek batuk.
Sasaran askep:
Mengurangi kegelisahan pasien
& memberikan suatu cara
komunikasi yg efektif.
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
Pengisapan (suctioning)
trakeostomi
2. Perawatan

suctioning
Peralatan
Kateter pengisap
Sarung tangan
Goggles (kaca mata) untuk pelindung mata
Spuit 5-10 ml
Normal salin steril dalam cangkil/ kom tertutup
Mesin suction
Ventilasi Bag yang dihub dg sumber
oksigen

Prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan
2. Cuci tangan
3. Hidupkan mesin suction (tekanan maks 120 mmHg)
4. Buka kit kateter pengisap
5. Isi kom dengan normal salin
6. Ventilasi klien dg bag resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi

7. Kenakan sarung tangan pd tangan dominan]
8. Ambil kateter pengisap dg tangan yg mengenakan sarung tangan dan hubungkan ke pengisap
9. Masukkan selang kateter sejauh mungkin tanpa memberikan isapan, utk menstimulasi reflek batuk
10.Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat (10-15 detik krn pasien dapat hipoksia)
11. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
12. Masukkan 3-5 ml normal salin ke jalan nafas hanya jika refleks batuk tertekan

13. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih
14. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakeal
16. Bilas selang pengisap
17. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor
2. Perawatan Trakeostomi
Peralatan
Meja tempat tidur
Handuk
Kotak peralatan trakeostomi steril
Kassa 4 x 4 3 pak
Hidrogen peroksia
Normal salin
Kapas berujung steril
Balutan trakeostomi steril
Kom steril + tutup 2 buah
Gulungan plester atau pengikat trakeostomi
Gunting
Sarung tangan steril
Goggle
Cara Perawatan
Cuff Trakeostomi
Selang balon (udara disuntikkan ke dalam cuff) diperlukan selama ventilasi mekanis yang lama
Cuff tekanan rendah

SELANG TRAKEOSTOMI DAN PERAWATAN KULIT
Inspeksi balutan trakeostomi terhadap kelembaban atau drainase
Cuci tangan
Jelaskan prosedur pada pasien
Kenakan sarung tangan, lepaskan balutan yang basah dan buang
5. Siapkan peralatan steril (hidrogen peroksida, normal salin, aplikator berujung kapas, balutan)
6. Gunakan salep bakteriostatik pada pinggiran luka trakeostomi jika diresepkan
7. Jika tali yang lama telah basah, letakkan tali twill dalam posisinya untuk mengamankan selang trakeostomi. Masukkan ujung tali melalui lubang ujung kanula terluar. Lingkarkan tali tersebut sekeliling leher klien dan ikatkan tali tersebut melalui lubang yang berlawanan dari kanula terluar. Kumpulkan kedua ujungnya sehingga keduanya bertemu pada satu sisi leher. Simpulkan, sampai hanya dua jari yang dapat menyusup diantara tali tersebut.
8. Lepaskan tali yang lama dan buang
9.Gunakan balutan trakeostomi steril, dan paskan dengan baik di bawah tali twill dan flange selang trakeostomi sehingga insisi tertutup.
Setelah membereskan alat dan pasien, selesailah perawatan trakeostomi…………

PERAWATAN WATER SEAL DRAINASE

PERAWATAN WATER SEAL DRAINASE (WSD)
Tujuan
Membuang cairan atau gas dari ruang pleura atau rongga thoraks dan mediastinal
Memungkinkan reekspansi paru dan memulihkan fungsi kardiopulmonal setelah pembedahan, trauma atau kondisi medis dengan menetapkan tekanan negatif dalam rongga pleura


Prinsip dasar
Penumpukkan udara, cairan, atau substansi lain dalam dada dapat mengganggu fungsi kardiopulmonal dan menyebabkan paru kolaps.
Substansi patologis yg terkumpul dlm spasium pleura termasuk fibrin/ bekuan darah, cairan (cairan serosa, darah, pus) dan gas-gas (udara dari paru dll).
Selama atau segera setelah bedah toraks, kateter dada diletakkan secara strategis dalam rongga pleura, dijahitkan ke kulit dihubungkan ke aparatus drainase untuk membuang udara residual dan mengalirkan cairan dari pleura/ mediatinum.
Selang dada disambungkan ke sistem drainase, dg katup satu arah. Air dalam bilik kedua bekerja sebagai seal dan memungkinkan udara dan cairan untuk mengalir dari dada ke dalam bilik pertama, tetapi udara tidak dapat kembali memasuki selang. Drainase menumpuk di dalam bilik pertama, udara keluar melalui dan dari bilik pertama.


Ketinggian air berfluktuasi sesuai dg gerakan pernafasan pasien, bergerak keatas ketika pasien menghirup napas dan ke bawah ketika menghembuskan napas. Pengisapan mungkin ditambahkan ke bilik kedua utk menciptakan tekanan negatif , meningkatkan drainase cairan dan pembuangan udara. Penambahan pengisapan menimbulkan gelembung konstan pada bilik ketiga, jika terjadi saat tidak mengisap, mungkin terjadi kebocoran udara dari paru/ sistem.
Jenis WSD
Pleural tube: mengeluarkan cairan/ udara dr rongga pleura, utk mengembalikan tekanan negatif intra pleura, memungkinkan terjadinya ekspansi paru setelah adanya trauma atau operasi.
Mediastinal tube: mengalirkan cairan dr rongga mediastinum stlh operasi jantung atau operasi lain di mediastinum.
SISTEM WSD
Sistem water seal botol tunggal
Ujung selang drainase dari dada pasien dicelupkan dalam air, yg memungkin drainase udara dan cairan dari ruang pleural tetapi tidak memungkinkan udara untuk mengalir kembali ke dalam dada, tergantung gravitasi dan mekanisme sistem pernapasan.
2. Sistem dua botol
terdiri atas bilik water seal yg sama ditambah dengan botol pengumpul cairan.

Sistem 3 botol
Botol ketiga untuk mengontrol jumlah isapan yang diberikan.

Indikasi Pemasangan WSD
Pneumothoraks
Pneumothoraks yg memerlukan ventilator
Hematothoraks
Hematopneumothoraks
Empyema thoraks
Fluidothoraks yg tdk bs diatasi dg tindakan pungsi
Paska thorakotomy
Komplikasi
Perdarahan pleura
Hematoma paru-paru dan dinding dada
Tension pneumothoraks
Kegagalan pengembangan paru
infeksi
Perawatan Selang Dada
Pengkajian
Instruksi dokter tentang katup atau tipe sistem drainase dan jumlah pengisapan
Pemahaman klien tentang tujuan dan lokasi selang dada serta prosedur pemeliharaan
Tipe sistem drainase yang tersedia
Data dasar: bunyi pernapasan, kedalaman, karakter, frekuensi dan irama nadi, suhu, gas darah arteri,tipe dan jumlah drainase dada
PROSEDUR 1 PERSIAPAN SISTEM DRAINASE DADA
Cuci tangan dan atur peralatan
Apabila katup drain dada ada, pastikan katup paten dan berdenyut. Katup tidak berdenyut bila:
v ujung katup yang tidak tepat dihubungkan ke selang dada
v Katup tersumbat oleh eksudat
v Paru mengembang penuh
3. Buka wadah salin atau air
4. Buka sistem drainase dan posisikan tegak
5. Isi botol atau ruang sampai ketinggian yang tepat.
Sistem 1 botol
Sambungkan lubang corong atau slang ke pipa panjang dan isi botol dg larutan sampai ujung pipa masuk dalam cairan setinggi 2 cm atau sampai cairan mencapai garis penanda.
Sistem 2 atau 3 botol
q Sambungkan corong pada slang atau lubang ke ruang control pengisap atau botol
q Tuang cairan ke dalam lubang control pengisap sampai jumlah yg ditentukan tercapai sesuai dg instruksi dokter, atau sampai menyentuh penanda garis pada botol-biasanya sampai setinggi 20 cm tekanan air
q Isi ruang waterseal atau botol dg sistem drainase sampai setinggi 2 cm
6. Gunakan sarung tangan dan hubungkan sistem drainase ke slang dada dan sumber pengisap, jika pengisap diindikasikan
q Sambungkan slang dari klien ke slang yg memasuki botol atau ruang penampung drainase
q Pd saat mengganti sistem drainase, minta klien untuk bernafas dalam, menahannya dan mengejankan sedikit sambil mengganti dg cepat
q Apabila diindikasikan, sambungkan slang dari ruang kontrol pengisap ke sumber pengisap
7. Sesuaikan regulator aliran pengisap sampai terlihat gelembung tenang pada ruang kontrol pengisap
8. Buka sarung tangan
9. Bantu klien pada posisi nyaman
PROSEDUR 2 PEMELIHARAAN SELANG DADA

Kaji bunyi napas, pengembangan paru dan status pernapasan
Observasi ruang waterseal jika terdapat gelembung
Bila drainase lambat/ berhenti, kolaborasikan dg dokter. Jika diizinkan, lakukan pemerasan selang dada dg cara:
q Pegang selang dekat dada dan peras selang antara jari dan telapak tangan
q Selanjutnya gerakkan tangan yg lain ke bagian yg lebih rendah dan peras
q Lepaskan tangan pertama dan selanjutnya gerakkan ke bagian bawah
q Lanjutkan sampai ke arah botol drainase
Pemencetan
q Tempatkan pelumas pada jari salah satu tangan dan pencet slang dada dg jari tgn lain
q Peras slang di bawah bagian yg dipencet, dg jari berpelumas dan geser jari ke bawah slang ke arah sistem drainase
q Dg perlahan lepaskan pencetan dari jari tanpa pelumas, kemudian lepaskan jari dg pelumas
q Ulangi satu sampai 2 kali
4. Pastikan bahwa selang tidak menggulung atau mengganggu derakan klien
5. Berikan dorongan klien untuk mencari posisi yang nyaman
6. Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dari sisi yg sakit beberapa kali sehari
7. Berikan dorongan pada pasien untuk napas dalam dan batuk untuk interval yang teratur
8. Jika pasien harus dipindahkan ke area lain, letakkan sistem drainase dibawah ketinggian dada, jika pasien berbaring pada brankar

PENGKAJIAN PADA ANAK

PENGKAJIAN PADA ANAK
ž MEMULAI PENGKAJIANPengkajian akan lebih mudah apabila sudah terjalin hubungan antara anak, orang tua dan pemeriksa
ž Hubungan mungkin tidak menghilangkan semua ketakutan atau ketidak nyamanan anak, tetapi dapat membantu membuat pengkajian menjadi sebuah pengalaman yang lebih positif.
PEDOMAN BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK
ž Tanya orang tua bagaimana anak biasanya mengatasi situasi baru / situasi penuh tekanan →intervensi khusus untuk mempermudah komunikasi
ž Tanya kepada orang tua apakah mereka telah mengatakan kepada anak bahwa mereka akan pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan
ž Amati tingkahlaku anak terhadap tanda-tanda kesiapan.
ž Pertimbangkan tingkat perkembangan dan rentang perhatian anak dan gunakan pendekatan imajinatif saat merencanakan pemeriksaan
ž Jika anak sulit menerima pengkajian :
Berbicara dengan orangtua dan anak biarkan
Puji anak
bermain
Lakukan tehnik dengan singkat pada orangtua terlebih dahulu.
ž Dorong anak bertanya selama pengkajian, ttp jangan menekan untuk bertanya
ž Jelaskan proses pengkajian dalam batasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak
ž Gunakan istilah-istilah yang kongkrit
ž Berikan sedikit informasi dalam suatu waktu
ž Buatlah harapan-harapan yang diketahui dengan jelas dan sederhana
ž Jangan menawarkan pilihan jika memang tidak ada
ž Berikan pujian yang jujur
BERKOMUNIKASI DENGAN BAYI
Berkomunikasi dengan Anak Usia Bermain (toddler)
Berkomunikasi dengan Anak Usia Prasekolah
Berkomunikasi dengan Anak Usia Sekolah
BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA
ž Orangtua merupakan sumber informasi utama tentang anak
ž Gunakan pertanyaan terbuka
ž diam dan dengarkan adalah esensial dalam menenangkan orang tua
ž Jika mereka percaya anaknya mempunyai masalah, perhatian mereka harus ditangani dengan serius, perawat dan orang tua harus setuju bahwa masalah ada.
ž Tanyakan bagaimana orangtua sudah menyelesaikan terhadap masalah
ž Orangtua membutuhkan penghargaan, pujian dan ketenangan hati untuk kekuatan mereka.
ž Informasi yang terlalu banya dapat menakutkan orangtua.



MENATA LINGKUNGAN UNTUK MENDAPATKAN
RIWAYAT KESEHATAN ANAK
ž Wawancara membangun komunikasi, hubungan dan biasanya merupakan langkah pertama dalam sebuah pengkajian
ž Wawancara harus dilakukan diruangan tesendiri, terang dan tidak menakutkan.
ž Mainan dan gambar-gambar bermanfaat untuk mengalihkan perhatian anak, sehingga orangtua dapat memberikan perhatian yang penuh ke pewawancara.
ž Sebelum memulai perawat harus memperkenalkan diri dan menanyakan nama anggota keluarga.
ž Tingkat keterlibatan bervariasi berdasarkan umur
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan melengkapi informasi tentang kesehatan fisik anak sejak lahir, memperinci kejadian-kejadian tentang masalah yang ada dan menekankan fakta tentang riwayat sosial dan keluarga yang esensial untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
PEDOMAN WAWANCARA IBU DAN ANAK
ž Ikuti prinsip-prinsip komunikasi selama wawancara
ž Sebelum memulai perawat harus sepenuhnya mengerti tujuan dari riwayat kesehatan dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
ž Pengetahuan tentang diagnosisi membantu menfokuskan pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan utama, perawat harus menanggapi keluhan orangtua atau anak yang tidak berhubungan dengan diagnosis
IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
ž Nama
ž Nama Panggilan
ž Tempat,Tanggal lahir
ž Umur
ž Jenis Kelamin
ž Anak ke
ž Suku Bangsa
ž Bahasa yang digunakan
ž Agama
ž Alamat

IDENTITAS ORANG TUA
Ayah
ž Nama
ž Tempat, tanggal lahir
ž Pekerjaan
ž Pendidikan
ž Agama
ž Alamat

Ibu
ž Nama
ž Tempat, tanggal lahir
ž Pekerjaan
ž Pendidikan
ž Agama
ž Alamat
KELUHAN UTAMA
ž Apa yang membuat klien datang ketempat pelayanan kesehatan / Apa masalah yang klien rasakan saat ini
ž Catat kata-kata orang tua / anak
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
ž Uraian keluhan utama secara kronologis
ž Uraian menjawab pertanyaan dimana (lokasi), apa (kualitas, faktor-faktor yang memperburuk / atau yang peringankan gejala), kapan (serangan, durasi, frekwensi), seberapa (intensitas, keparahan)
ž Gunakan pertanyaan langsung untuk memfokuskan pada hal-hal kecil yang spesifik
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
ž Jangan memasukan informasi yang telah diperoleh pada keluhan utama dan riwayat penyakit sekaran
ž Penyakit, operasi atau cedera sebelumnya. Termasuk tanggal masuk RS, alasan masuk RS dan respon terhadap penyakit
ž Penggunaan obat-obatan
ž alergi

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
ž Prenatal (kesehatan maternal, infeksi, obat-obatan yang diminum, perdarahan abnormal,peningkatan berat badan, lama kehamilan, imunisasi, sikap terhadap kehamilan
ž Intranatal (lama persalinan, jenis persalinan, komplikasi, kondisi waktu lahir, penolong persalinan, berat badan dan panjang badan lahir)
ž Postnatal (kondisi neonatal , adanya distres pernafasan, sianosis, ikterus, kejang)
RIWAYAT IMINISASI
ž Prenatal (kesehatan maternal, infeksi, obat-obatan yang diminum, perdarahan abnormal,peningkatan berat badan, lama kehamilan, imunisasi, sikap terhadap kehamilan
ž Intranatal (lama persalinan, jenis persalinan, komplikasi, kondisi waktu lahir, penolong persalinan, berat badan dan panjang badan lahir)
ž Postnatal (kondisi neonatal , adanya distres pernafasan, sianosis, ikterus, kejang)
Riwayat Pemberian Makanan
• Cara pemberian makanan
• Mulai diberikan makanan
• Respon terhadap makan
• Masalah-masalah spesifik dengan pemberian makanan
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
ž Tinggi dan berat badan
ž Eruosi dan tanggalnya gigi
ž Umur anak berguling, duduk sendiri, merangkak berjalan, mengucapkan kata pertama, berpakaian tanpa bantuan
(disesuaikan umur anak)

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
ž Umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat
ž penyakit keturunan
ž adanya kelainan kongenital
ž hubungan keluarga,
ž Tanyakan kondisi kehidupan
GENOGRAM
ž Menunjukan hubungan, umur dan kesehatan anggota keluarga
ž Simbol-simbol

ASKEP PADA PASIEN DGN PERSEPSI HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN :

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI
ASKEP PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI
n PENGERTIAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus / rangsangan dari luar

PROSES TERJADINYA HALUSINASI
1. RENTANG RESPON KOPING ( Proses Informasi Dalam Otak)
Masukan Informasi
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Proses di Otak
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Respon Perilaku
Sensori Internal
Ø Biokimia
Ø Emosi
Sensori Eksternal
n Penglihatan
n Pendengaran
n Perabaan
n Pengecapan
n Pengciuman
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
n Perhatian pada informasi yg masuk
n Daya ingat
n Pembelajaran
n Diskriminasi informasi
n Interpretasi
n Pengorganisasian informasi menjadi respon
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
n Proses Kognitif
n Persepsi
n Respon Emosi
n Gerakan Motorik
n Respon Sosial
Faktor predisposisi
1.Tumbang
2. Komunikasi
Komunikasi klg tertutup,ortu otoriter,selalu membanding-bandingkan anak-anak
3.Psikologi
Terjadi kecemasan tinggi ,identitas diri yang tidak jelas,HDR,Mekanisme pertahanan diri yang destruktif
4.Biologis
Terjadi atropi otak,pembesaran ventrikel

Faktor presipitasi
1.Kondisi klioen
Kelemahan fisik,Putus asa,tidak berdaya,hilang percaya diri
2.Lingkungan
PHK,Putus sekolah,Perceraian,Kehilangan org yang dicintai
Rentang Respon Neurobiologik
Adaptif Maladaptif

C Pikiran logis
C Persepsi Akut
C Emosi Konsisten dgn pengalaman
C Perilaku cocok
C Hubungan sosial harmonis
C Kadang – kadang proses pikir terganggu
C Ilusi
C Emosi berlebihan
C Perilaku yang tidak biasa
C Menarik diri
C Waham
C Halusinasi
C Kerusakan proses emosi
C Perilaku tdk terorganisasi
C Isolasi sosial
Tanda Dan Gejala
Jenis Halusinasi
Data Objektif
Data Subjektif
Halusinasi Pendengaran
n Bicara atau ketawa sendiri
n Marah-marah tanpa sebab
n Mengarahkan telinga ke arah tertentu
n Menutup telinga
n Mendengar suara atau kegaduhan
n Mendengar suara yg mengajak bercakap-cakap
n Mendengar suara yg menyuruh melakukan sesuatu yg berbahaya
Halusinasi Penglihatan
n Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
n Ketakutan kepada sesuatu yg tdk jelas
Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster
Halusinasi Penghidu
n Menghidu seperti sedang membaui bau – bauan tertentu
n Menutup hidung
Membaui bau – bauan seperti bau darah, urine, fases kadang2 bau itu menyenangkan
Halusinasi Pengecap
n Sering meludah
n Muntah
Merasakan rasa seperti darah, urine atau fases
Halusinasi Perabaan
n Menggaruk – garuk permukaan kulit
Menyatakan ada serangga di permukaan kulit
Merasa tersengat listrik
Diagnosa Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Pasien
Pasien Mengenali halusinasi yg di alaminya
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Pasien mengikuti progrm pengobatan secara optimal
Stelah …, pertemuan pasien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, si- tuasi pencetus, perasaan dan mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasi
S.P 1
Bantu pasien mengenal halusinasi :
n Isi
n Waktu terjadinya
n Frekuensi
n Situasi Pencetus
n Perasaan saat terjadi halusinasi
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Latih Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan tindikannya meliputi :
n Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Diagnosa Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
2
3
4
5
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Pasien
Pasien Mengenali halusinasi yg di alaminya
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Pasien mengikuti progrm pengobatan secara optimal
Stelah …, pertemuan pasien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, si- tuasi pencetus, perasaan dan mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasi
S.P 1
Bantu pasien mengenal halusinasi :
n Isi
n Waktu terjadinya
n Frekuensi
n Situasi Pencetus
n Perasaan saat terjadi halusinasi
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Latih Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan tindikannya meliputi :
n Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Lanjutan………………………………………..
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
n Memperagakan cara menghardik
n Meminta pasien memperagakan ulang
n Memantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah …. Pertemuan pasien mampu menyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara bercakap – cakap dengan orang lain
S.P. 2
Evaluasi kegiatan yg lalu (SP 1)
Melatih berbicara / bercakap dgn orang lain saat halusinasi muncul
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Lanjutan………………………………………..
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah …… Pertemuan pasien mampu mnyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu menuat jadwal kegiatan sehari – hari & mampu memperagakannya
S.P. 3
Evaluasi Kegiatan yg lalu (SP. 1 & 2 )
Melatih kegiatan agar halusinasi tdk muncu:
Tahapannya :
n Menjelaskan pentingnya aktivitas yg teratur u/ mengatasi halusinasi
n Mendiskusikan aktivitas yg biasa dilakukan oleh pasien
n Melatih pasien melakukan aktivitas
n Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dgn aktivitas yg telah dilatih ( dari bangun pagi sampai tdr mlm)
n Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku pasien yg (+)
Lanjutan………………………………………..
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah …… Pertemuan pasien mampu mnyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu menyebutkan manfaat dari program pengobatan
S.P. 4
Evaluasi Kegiatan yg lalu (SP. 1, 2 & 3 )
Tanyakan program pengobatan.
n Jelaskan pentingnya penggunaan obat pd gangguan jiwa.
n Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
n Jelaskan akibat bila putus obat
n Jelaskan cara mendapatkan obat / berobat
Jelaskan pengobatan (5 B)
Latih pasien minum obat
Masukan dalam jadwal
Lanjutan………………………………………..
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah …… Pertemuan pasien mampu mnyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu menyebutkan manfaat dari program pengobatan
S.P. 4
Evaluasi Kegiatan yg lalu (SP. 1, 2 & 3 )
Tanyakan program pengobatan.
n Jelaskan pentingnya penggunaan obat pd gangguan jiwa.
n Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
n Jelaskan akibat bila putus obat
n Jelaskan cara mendapatkan obat / berobat
Jelaskan pengobatan (5 B)
Latih pasien minum obat
Masukan dalam jadwal
Lanjutan………………………………………..
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Keluarga :
Dapat merawat pasien di rumah dan menadi sistem pendukung yg efektif untuk pasien
Setelah …… Pertemuan keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi
S.P. 1
Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
Jelaskan tentang halusinasi
n Pengertian halusinasi
n Jenis halusinasi yg dialami pasien
n Tanda & gejala halusinasi
n Cara mwrawat pasien halusinasi ( cara berkomunikasi, pemberian obat & pemberian aktivitas kpd pasien)
n Sumber-sumber pelayanan kesehatan yg bisa dijangkau
Bermain peran cara merawat
Rencana tindak lanjut keluarga , jadwal keluarga u/ merawat pasien
Lanjutan………………………………………..
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1
2
3
4
5
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah ……. Pertemuan Kelg. Mampu menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara merawat pasien
S.P. 2
Evaluasi kemampuan Kelg. (SP. 1)
Latih Keluarga merawat Pasien
RTL Kelg. / Jadwal Keluarga untuk merawat Pasien
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah …… Pertemuan klg mampu menyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat RTL
S.P. 3
Evaluasi kemampuan klg (SP. 2)
Latih klg merawat pasien
RTL keluarga / jadwal klg untuk merawat pasien
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
䦋㌌㏒㧀좈໱琰茞ᓀ㵂Ü
Setelah …… Pertemuan klg mampu menyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu melaksanakan Follow Up rujukan
S.P. 4
Evaluasi kemampuan klg
Evaluasi Kemampuan Pasien.
RTL keluarga :
n Follow Up
n Rujukan