Minggu, 13 September 2009

CEDERA KEPALA

CEDERA KEPALA

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal diruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.
Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat psien tiba di rumah sakit.

KLASIFIKASI
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera.
Mekanisne: berdasarkan adanya penetrasi durameter
- Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan oyomobil)
Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
- Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
keparahan cedera
- Ringan : skala, Glasgow Coma Skale, GCS) 14-15
- Sedang : GCS 9-13
- Berat : GCS 3-8
3. Morfologi
- fraktur tengkorak: kranium : linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup
Basis: dengan/tanpa kelumpuhan nervus V11
- Lesi In6trakranial: fokal: epidural, subdural, intraserebral
Difus: konkusi ringan, konkusi klasik cederaaksonal difus



PENATALAKSANAAN
Pedoman resusitasi dan penilaian awal
menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera orofasial menggangu jalan napas, maka pasien harus diintubasi.
menilai pernapasan: tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga satutasi oksigen minimum95%.
menilai sirkulasi: otak yang ruksak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG bila tersedia. Pasang jalut intravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah periver lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisisn gas darah arteri. Berikan larutan koloid. Sedangkan larutan kristaloid (dekstrosa atau dekstrosa dalam salin) menimbulkan eksaserbasi edema otak pascacedera kepala. Keadaan hipotensi, hipoksia, hiperkapnia memperburuk cedera kepala.
Obat kejang: kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati. Mula-mula berikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fentoin 15mg/kgBB diberikan intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50mg/menit.
Menilai tingkat keparahan
cedera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
- skor skala koma glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif)
- tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
- tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
- pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala
- tidak adanya kriteria cedera sedang-berat
cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang)
- skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi, atau stopor)
- konkusi
- amnesia pasca-trauma
- muntah
- tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, atorea atau rinorea cairan serebrospinal)
- kejang
cedera kepala berat
- skor skala koma glasgow 3-8 (koma)
- penurunan derajat kesadaran secara progresif
- tanda neurologis fokal
- cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

PEDOMAN PENATALAKSANAAN
pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi anterp-posterior, latreral dan odontoid), kolar servikal baru dilepas setelah dipasgtiakan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7 normal.
pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur berikut:
- pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (nacl 0,9%) atau larutan ringer laktat: cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskular daripada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak menambah edema serebri.
- Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia parsial, skrining toksikologi dan kadar alkohol bila perlu.
lakukan CTscan dengan jendela tulang: foto rontgen kepala tidak diperlukan jika CTscan dilakukan, karena STscan ini lebih sensitif untuk mendeteksi fraktur.

Pasien dengan cedera kepala ringan, sedang, atau berat, harus dievaluasi adanya:
- hematoma eoidural
- darah dalam subaraknoid dan intraventrikel
- kontusiodan perdarahan jaringan otak
- edema serebri
- obliterasi sisterna perimesensefalik
- pergeseran garis tengah
- fraktur kranium, cairan dalam sinus, dan pneumosefalus
pada pasien yang koma (skor GCS<8) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini:
- evaluasi kepala 30 derajat
- hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermiten dengan kecepatan 16-20 kali/menit dengan volume tidal 10-12ml/kg. Atur tekanan CO2 sampai 28-32 mmhg. Hipokapnia berat (PCO2<25 mmhg) harus dihindari sebab dapat menyebabkan vasokontriksi dan iskemia serebri
- berikan manitol 20% 1g/kg intravena dalam 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jamkemudian yaitu sebesar1/4 dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48jam pertama
- pasang kateter foley
- konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka, dan faktur impresi>1 diploe).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar